Selasa, 01 November 2016

ANASTESI INHALASI : DINITROGEN MONOOKSIDA


Dinitrogen Monooksida (N2O) adalah salah satu jenis agen anastesi inhalasi yang berbentuk gas. Obat anestesi yang berbentuk gas biasanya mempunyai potensi rendah sehingga hanya dipakai sebagai obat induksi atau operasi kecil. Obat anestesi ini mempunyai kelarutan yang rendah dalam darah sehingga tekanan parsial dalam darah cepat tinggi. Batas keamanan obat ini sangat lebar.

Nitrous oksida merupakan gas yang tidak berwarna, tidak berbau, tidak mempunyai rasa dan mempunyai berat yang lebih besar dari udara. Disimpan dalam bentuk cair dalam suhu kamar dan tekanan 5,0 pascal. N2O sukar larut dalam darah dan diekskresi sebagian besar melalui kulit dalam bentuk yang utuh. Gas ini tidak mudah terbakar, tetapi bila dicampur dengan obat anestesi yang mudah terbakar akan memudahkan terjadi ledakan. Mudah melewati stadium induksi, efek relaksasinya sangat kurang sehingga bila menginginkan relaksasi diperlukan obat pelumpuh otot.


Efek terhadap otot jantung tidak ada, pada sistem pernapasan dikatakan dapat mengurangi respon terhadap CO2. Anestesi dengan N2O yang lama dapat menyebabkan mual, muntah, atau bangunnya lebih lama. Gejala sisa hanya akan timbul bila ada hipoksia atau alkalosis karena hiperventilasi.

Untuk induksi dipakai perbandingan 80% dan 20%, untuk efek analgesi dipakai konsentrasi yang sama. Pada anestesi pemeliharaan dipakai konsentrasi 70% N2O dan 30% O2.

Sifat Nitrous Oxida

1. Dibuat oleh Priesbley (1772)

2. Digunakan di klinik Colton & Horace Wells (1844)

3. Pembuatan :    
Dihasilkan dari pemanasan amonium nitrat sampai suhu 245oC – 270oC    

NH4NO3  -- dipanaskan --  N2O + 2H2O

4. Sifat Fisik :

Satu-satunya zat organik di bidang anestesi Tidak berwarna, berbau manis, tidak iritatif BM 44, daya larut darah 0,47, 37oC Tidak bereaksi dengan soda lime atau logam 15 kali lebih mudah larut dalam plasma dibanding CO2 mudah hipoksia difusi

5. Farmakologi Absorpsi, distribusi, dan eliminasi :

Menit pertama N2O diabsorpsi dengan cepat ± 100 ml/menit
5 menit pertama N2O absorpsi menurun 500 – 700 ml/menit
10 menit pertama N2O absorpsi menurun 350 ml/menit
30 menit pertama N2O absorpsi menurun 200 ml/menit
100 menit pertama N2O absorpsi menurun 100 ml/menit
Kemudian secara lambat menurun sampai 0 Hampir seluruhnya dikeluarkan lewat paru-paru

Efek terhadap SSP :

Berefek analgetik yang baik, namun efek hipnotik kurang Hampir tidak memiliki efek relaksasi

Efek terhadap sistem Kardiovaskular :

Tidak ditemukan perubahan yang bermakna terhadap frekuensi denyut jantung, irama dan curah jantung

Efek terhadap sistem pernapasan :

Depresi napas terjadi jika tanpa oksigen Tidak merangsang sekresi saliva

Efek Hipoksia difusi :

Pemakaian oksigen min. 20 – 30% untuk mencegah “Hipoksia difusi” dan pemberian oksigen menyebabkan aliran darah meningkat beberapa menit setelah anestesi

Efek lain :

N2O dapat berdifusi ke pleura menyebabkan pneumothoraks, rongga otak, usus, peritonium, aorta, dan rongga telinga tengah

6. Penggunaan :

Umumnya kombinasi dgn oksigen

N2O : O2 = 60% : 40%; 70% : 30%; 50% : 50% (umum)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar