Halothane
dibuat pertama kali oleh C.W. Suckling di tahun 1951, merupakan zat anestesi
yang sangat poten dan tidak berwarna, dapat meningkatkan tekanan intra kranial
serta dapat menyebabkan relaksasi uterus. Halothane dapat menimbulkan
terjadinya halothane hepatitis, terutama bila obat ini diberikan dalam jangka
waktu pendek (pemberian berkali-kali dalam jangka waktu pendek). Induksi dan
pemulihan cepat tidak menyebabkan iritasi, tidak mengakibatkan mual, dan
berefek bronchodilator. Mendepresi jantung, menyebabkan vasodilatasi, aritmia,
mengiritasi miokard bila ada epineprin. Obat ini dimetabolisme di hepar
sebanyak 20-45%. Hasil metabolismenya berupa Br-, F-, Cl-, asam trifluoracetat,
gas chlorodifluoroetilen serta chlorotrifluoroetilen.
Halothane
adalah obat anestesi inhalasi berbentuk cairan bening tak berwarna yang mudah
menguap dan berbau harum.
Indikasi
Untuk induksi anestesi dan maintenance pada anak-anak dan
dewasa bersama-sama dengan oxygen atau nitrous oxide 70%-oxygen.
Farmakologi
Sistem Kardiovaskular
- Menurunkan tekanan arteri
- Menimbulkan depresi langsung pada miocardium
- Melebarkan pembuluh darah dalam otot – otot dan juga arteri coronaria
- Blokade ganglion simpatikus
- Depresi pusat vasomotor
- Menimbulkan bradikardi yang mengakibatkan penurunan cardiac output
- Menimbulkan hambatan pada baroreseptor
Hal diatas dapat menimbulkan hipotensi yang diperparah
oleh :
a. Obat-obatan ganglion blocker
b. Perubahan posisi tidur dimana
tubuh bagian atas lebih tinggi dari bagian kaki (postural hipotention)
c. Kehilangan darah
d. Pelepasan cathecolamin
Gangguan irama denyut jantung :
1. Sifat mudah dirangsang dari miocardium menjadi meningkat :
Timbul ventrikuler extrasistole, ventrikel tachicardi dan bahkan ventrikuler fibrilasi.
Faktor – faktor yang menambah kemungkinan terjadinya
gangguan irama denyut jantung termasuk :
· Retensi CO2
· rangsangan rasa sakit pada stadium
anestesi yang ringan,
· penyuntikan atropin dan adrenalin.
Pernah terjadi cardiac arrest setelah pemberian
infiltrasi adrenalin pada anestesi halothane. Pemberian adrenalin yang cukup
aman ialah jika adrenalin diberikan dalam konsentrasi 1 : 100.000 dan dosis nya
10 ml diberikan dalam jangka waktu 10 menit secara infiltrasi dan tidak
melebihi 30 ml dalam waktu 1 jam.
2. Bradicardi yang mungkin disertai dengan hipotensi.
Atropin yang diberikan secara intravena dapat
meningkatkan denyutan jantung dan menimbulkan kenaikan tekanan darah, tapi
pemberiannya harus secara pelan- pelan karena bila terlalu cepat justru akan
menyebabkan ventrikuler disritmia.
Sistem Pencernaan
Kelenjar liur, kelenjar lendir, dan cairan lambung tidak
mengalami rangsangan oleh halothane. Gerakan peristaltik usus dihambat oleh
halothane, tapi terjadinya rasa mual dan muntah pada masa pasca anestesi
kadang-kadang hebat.
Susunan Syaraf Pusat
Halothane menimbulkan anestesi yang kuat pada SSP, tapi
bila diberikan dalam konsentrasi rendah daya analgesiknya rendah. Halothane
meningkatkan aliran darah dalam otak dan meningkatkan tekanan cairan
cerebrospinalis.
Sistem Pernafasan
Halothane menimbulkan depresi pernafasan. Frekuensi
pernafasan bertambah tapi volumenya menurun. Bila induksi dilakukan dengan
halothane dan udara biasa, tanpa oxygen, maka dapat terjadi gangguan saturasi
oxygen akibat dari hypoventilasi dan harus dilakukan nafas buatan. Untuk
mendapatkan tekanan oxygen dalam arteri yang cukup hendaknya halothane
diberikan bersama oxygen 35% atau lebih. Halothane menimbulkan pelebaran pada
bronchus sebagai akibat dari blokade pada refleks bronkhokonstriksi.
Halothane tidak merangsang pada bronkhus dan refleks
pharink dan laring dengan cepat menghilang. Sekresi lendir saluran nafas tidak
terangsang.
Sistem Otot
Relaksasi otot perut dapat dicapai dengan stadium yang
cukup dalam dan otot yang pertama mengalami relaksasi adalah otot masester pada
mulut sehingga hal ini memudahkan tindakan laringoskopy.
Uterus
Halothane dapat menimbulkan atonia uteri dan pendarahan
post partum jika digunakan dalam kasus obstetrik.
Hal ini membahayakan dan jangan menggunakan halothane
dalam kasus obstetrik, namun untuk tindakan versi extraksi halothane sangat
memuaskan.
Halothane, walaupun diberikan hanya dalam konsentrasi
0,5% dapat menimbulkan perdarahan yang banyak pada tindakan curretage uterus,
bahkan sewaktu diberikan oxytocin sekalipun.
Liver
Pada tahun 1958 pernah dilaporkan terjadinya nekrosis
liver yang hebat setelah pemberian anestesi inhalasi, juga dapat terjadi
”halothane hepatitis” subklinis.
Setelah dilakukan penelitian retrospektif oleh American
National Academy of Sciences pada tahun 1964, maka disimpulkan bahwa terjadinya
kegagalan fungsi hepar akibat halothane itu tidak jauh berbeda dengan yang
ditimbulkan oleh obat anestesi halogen yang lain, dan pasien dengan penyakit
saluran empedu itu bukan pasien yang mudah mendapat gangguan seperti ini.
Namun demikian, pandangan yang paling baru terhadap
masalah ini adalah bahwa ada pengaruh dari halothane yang menyebabkan
terjadinya ”halothane-hepatitis”.
Terjadinya ikterus yang sehubungan dengan anestesi
halothane adalah hepatocellular. Para ahli sepakat untuk tidak memberikan
anestesi halothane secara berulang sebelum lewat 28 hari, dan bila ditemukan
ikterus pasca anestesi halothane, hal ini dianggap sebagai kontraindikasi untuk
waktu yang akan datang.
Beberapa teori dari mekanisme terjadinya
”halothane-hepatitis’ yaitu :
- Oxidase metabolit halothane dapat mempengaruhi antigenitas dari membran hepatocyte, yang mengakibatkan rusaknya immunology antibody.
- Faktor genetic dapat mempengaruhi produksi antibody.
- Produk dari metabolisme reduktif dapat menimbulkan keracunan langsung.
Sensitif silang antara halothane dengan obat anestesi
halogen yang lain juga dapat terjadi. Ketidakmurnian halothane juga bisa
terjadi dengan terbentuknya dichlorohexafluorobutene sampai 0,03% dalam
vaporizer dan hal ini toxic untuk liver dan ginjal.
Fungsi Ginjal
Halothane akan menurunkan aliran darah ke ginjal dan
menurunkan filtrasi glomerolus sehingga produksi urine menurun, ini semua
akibat dari hypotensi yang terjadi oleh pengaruh halothane.
Metabolisme Dari Halothane
Suatu percobaan pada tikus yang diberi suntikan halothane
secara intravena menunjukkan terjadinya penumpukan halothane dalam liver. Pada
penyuntikan ulangan ditemukan peningkatan yang cepat dari konsentarsi halothane
dalam liver, hal ini menujukkan terjadinya rangsangan dari sistem induksi
enzym. Kenyataan yang terjadi pada manusia adalah metabolisme enzym terjadi
dengan terbentuknya trifluoracetylethanolamide-chlorobromodofluoroethylene,
bromide, chloride dan trifluoroacetic acid dalam urine. Yang terakhir ini
merupakan hasil metabolisme oxidasi utama dari halothane dan relatif non
toksik. Motabolit akan dikeluarkan dari tubuh dalam waktu yang lambat, sampai 3
minggu baru bisa terbebas.
Efek Hormonal
Terjadi peningkatan kadar hormon pertumbuhan di dalam
plasma selama anestesi dengan halothane, respon adrenocortical muncul melalui
rangsangan kelenjar pituitrin anterior. Serum thyroxine juga meningkat, tetapi
hormon thyroid stimulating dari pituitrin tidak meningkat, tetapi sensitifitas
pasien terhadap insulin itu meningkat, maka bila ada pasien diabetes yang
mendapat insulin menjalani anestesi dengan halothane harus hati-hati karena
dapat terjadi hypoglicaemia yang hebat.
Keuntungan
- Induksi cepat dan halus
- Tidak iritasi pada saluran nafas
- Dapat menimbulkan pelebaran bronkhus
- Menimbulkan vasodilatasi
- Recovery relatif cepat
Kerugian
1. Obat ini sangat kuat sehingga mudah terjadi over
dosis
2. Daya analgesiknya rendah
3. Dapat menimbulkan relaksasi uterus dan resiko
perdarahan yang hebat pada kasus-kasus obstetrik
4. Menimbulkan hypotensi, yang mungkin tak diduga
menjadi berat
5. Dapat menimbulkan dysrhethmia jantung
6. Dapat menimbulkan menggigil pasca anestesi yang
kadang-kadang menjadi hebat
7. Kemungkinan toksis pada liver terutama pada
pemberian berulang
Dosis
Induksi
Induksi diberikan bersama oxygen atau nitrous oxide 70%-oxygen
mulaidari konsentrasi 0,5% dan secara bertahap dinaikkan sampai konsentrasi
2-4%. (terutama pada anak-anak).
Alternatif lain dapat diberikan obat barbiturat yang
bekerja cepat dengan dosis hypnosis secara intravena, tetepi penyuntikan
dilakukan secara perlahan-lahan karena efek depresi pada system cardiovaskuler
dan pernafasan dari obat ini menjadi lebih kuat bila diberikan terlalu cepat,
atau obat anestesi intravena yang lain, dan kemudian dilanjutkan dengan
inhalasi halothane-oxygen atau halothane – N2O 70%-oxygen dengan
konsentrasi sampai 2-4%.
Maintenance
Untuk mempertahankan stadium anestesi bedah konsentrasi
halothane diturunkan menjadi 0,5 - 2,0% bersama oxygen atau N2O 70%.
Efek samping
Recovery
Recovery dari
anestesi dengan halothane terjadi cukup cepat. Terjadinya rasa mual dan muntah
pada masa pasca bedah / anestesi kadang-kadang hebat, maka harus dilakukan
pengawasan dan perawatan yang seksama untuk mencegah terjadinya komplikasi
akibat muntah (umpamanya : aspirasi ), terutama pada pasien yang waktu puasa
pra bedah tidak cukup, kurang dari 8 jam (dewasa), seperti pada kasus bedah
akut.
Selain daripada itu pengamatan atau monitoring harus
dilakukan sesuai standar monitoring.
Terjadinya menggigil pada masa pasca bedah sering terjadi
pada anestesia dengan halothane. Ini ada hubungannya dengan meningkatnya tonus
otot secara menyeluruh baik yang bersifat sementara atau menetap.
Seringkali hal ini juga ada hubungannya dengan turunnya
suhu badan pasien selama pembedahan.
Untuk mencegah hal ini dapat diberikan uap hangat ke
dalam sirkuit pernafasan selama pembedahan.
Penatalaksanaan
Penggunaan Bersama Obat Pelemas Otot
Bila obat pelemas otot yang diberikan itu mempunyai efek
blokade pada ganglion maka penggunaanya bersama halothane harus dipertimbangkan
karena akan memperberat efek hypotensi. Obat pelemas otot Pancuronium cukup baik digunakan
bersama halothane. Halothane dapat melawan efek dari suxamethonium, tetapi
secara klinis hal ini tidak penting.
Cara Pemberian
Halothane sebaiknya diberikan bersama oxygen atau nitrous
oxide 70%-oxygen dan sebaiknya menggunakan vaporizer yang khusus dikalibrasi
untuk halothane agar dihasilkan konsentrasi uap yang akurat dan mudah
dikendalikan, meskipun banyak jenis vaporizer yang dapat digunakan untuk
halothane sesuai system dan teknik anestesi yang digunakan.
Premedikasi
Karena halothane menimbulkan depresi pernafasan maka
pemberian obat analgesik opium jangan digunakan untuk premedikasi, kecuali akan
dilakukan teknik pengendalian pernafasan selama anestesi.
Pemberian atropine bukan untuk mencegah sekresi lendir
dan salivasi tetapi bermanfaat untuk mencegah terjadinya bradicardi dan
penurunan cardiac output selama anestesi.
Bila akan diberikan obat pelemas otot sebaiknya dipilih
obat yang tidak menimbulkan blokade pada ganglion.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar